Monday, 12 September 2011

MEMBURU KEMUNCAK IMAN

Memburu Kemuncak Keimanan

by Pertubuhan IKRAM Malaysia on Friday, September 9, 2011 at 6:57pm
Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,

Iman adalah anugerah Allah yang paling mahal bagi seorang mukmin dan tidak semua manusia mendapat kesempatan untuk memperolehinya.

Oleh sebab itu, iman mestilah dipelihara dan dijaga sebaik mungkin. Jika ia rusak, apalagi hilang tercabut dari dalam diri seseorang, maka nilai kehidupannya akan menjadi kosong pada pandangan Allah swt walaupun di dunia ia boleh sahaja merasakan berbagai kenikmatan dan kesenangan hidup serta meraih kedudukan yang tinggi, namun di akhirat ia akan mendapat murka dan siksa dari Allah swt.

Allah swt menjelaskan :
“Sesungguhnya orang-orang kafir (tidak beriman dan mentauhidkan Allah), dari kalangan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan kalangan kaum musyrikin, mereka adalah di neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya, sedangkan mereka adalah makhluk yang terburuk.” (QS Al Bayyinah : 6)

Di zaman sekarang, ramai orang yang tidak menyedari harga atau nilai keimanan.
Samada disedari atau tidak, seseorang itu mudah merusak dan bahkan membuang imannya dari dalam diri hanya kerana berharap sedikit kenikmatan dunia.
Akhirnya ia :
  1. Menggadaikan iman dengan kufur.
  2. Menjual petunjuk dengan kesesatan.
  3. Memperdagangkan akhirat dengan dunia.
Pola hidup manusia seperti itu disebut oleh Allah swt sebagai orang yang menukar :
  1. Yang mahal dengan yang murah.
  2. Yang banyak dengan yang sedikit.
  3. Ampunan (syurga) dengan azab (neraka).
Allah swt menjelaskannya :

“Mereka itu adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan hidayah dan azab dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!” (QS Al-Baqarah : 175)

Nikmat iman yang telah Allah anugerahkan kepada kita mesti kita syukuri. Caranya ialah dengan menjaganya baik-baik dalam diri kita. Walaupun keadaan iman itu boleh naik dan boleh turun, namun kita mesti berusaha secara maksima agar iman itu tetap kukuh dan kuat dalam lubuk hati kita.

Agar iman itu tetap kukuh dalam diri, kita mesti memahami betapa besarnya nilai iman itu. Orang-orang yang sudah menyedari nilai iman, pasti ia akan menjaganya dengan baik dan maksima, sehingga ia merasakan kelazatan dan kemanisan.

Kalau sudah dirasakan kelazatan dan kemanisan iman, maka saat itulah seorang Mukmin sampai ke puncak keimanannya.
Setelah itu, ia akan merasakan betapa besarnya peranan iman dalam kehidupan, samada ketika mendapat kebaikan dan kemudahan hidup atau saat menghadapi berbagai kesulitan hidup.

Orang yang sudah sampai ke puncak keimanan, warna kehidupan yang beragam ini ia rasakan sama sahaja kerana jiwanya stabil, samada dalam mendapatkan berbagai nikmat atau saat menghadapi berbagai cubaan dan kesulitan.

Saat ia mendapat kebaikan, ia dengan mudah dapat bersyukur. Begitu pula saat menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan hidup ia mampu melewati dan menjalaninya dengan penuh kesabaran.

Orang yang sudah mencapai puncak keimanan kepada Allah :
  1. Tidak akan pernah merasakan beratnya perintah Allah walau sebesar dan seberat apapun perintah itu.
  2. Tidak akan pernah ragu sedikitpun meninggalkan larangan Allah, sekecil apapun larangan itu.
  3. Tidak akan pernah ragu sedikitpun pada janji Allah, samada janji di dunia ataupun janji akhiratNya.
  4. Tidak akan pernah mengubah orientasi hidupnya kepada selain Allah walau hanya seinci.
Solat, ibadah, hidup dan matinya ia persembahkan hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain, walaupun ia diberi kesempatan memperolehi dunia dan seisinya.

Seluruh perkatan, perbuatan dan aktiviti hidupnya hanya dengan niat untuk Allah, berdasarkan petunjuk Allah dan RasulNya; sedikitpun tidak ada rasa berat dan kesal di dalam dirinya dan ia pasrah dan menyerah bulat terhadap semua keputusan dan pilihan Allah dan Rasulnya.

Itulah sikap hidup orang yang sudah sampai kepada puncak keimanannya kepada Allah seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Maka demi Rabb (Tuhan pencipta)mu, mereka belum beriman sampai mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim yang memutuskan semua perkara yang muncul di antara mereka. Kemudian mereka tidak memdapatkan keberatan sedikitpun dalam diri mereka atas keputusan tersebut dan mereka menyerahkannya secara total.” (QS An Nisaa’ : 65)

Orang yang sampai ke puncak keimanan, tidak tergoda sedikitpun oleh gemerlapan kehidupan dunia walaupun ditawarkan padanya dunia dan seisinya, kerana ia sedar betul orientasi hidupnya adalah kemenangan akhirat yang maha hebat yang dijanjikan Allah kepadanya :
“Itulah batas-batas hukum Allah. Dan siapa yang mentaati Allah dan RasulNya, maka Dia akan memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan yang demikian itulah kemenangan yang amat besar (tanpa batas).” (QS An Nisaa’ : 13)

Jika demikian halnya bagi orang yang sudah merasakan kelazatan dan kemanisan iman sebagai bukti ia sampai ke puncak keimanan, maka timbul satu pertanyaan :

Bagaimanakah cara untuk merasakan kelazatan dan kemanisan iman itu?

Jawabannya ialah seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw :
“Ada tiga perkara apabila ketiganya ada dalam diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman. 1) Bahwa Allah dan rasulNya lebih ia cintai dari selain keduanya. 2) Dia mencintai seseorang hanya kerana Allah Ta’ala. Dan 3) Dia benci untuk kembali kepada kekufuran (samada dari segi i’tiqad, hukum, akhlak, ibadah dan sebagainya) sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Bukhari)

Dari hadis di atas dapat kita simpulkan seperti berikut :

PERTAMA
Allah swt dan Rasulullah saw mesti lebih kita cintai dari diri kita sendiri dan bahkan dari dunia dan seisinya.
Caranya tidak lain kecuali dengan mentaati semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah dan RasulNya. Kita lakukan semua itu hanya dengan niat ikhlas kepada Allah dan ‘ittiba’’ (mengikuti) Rasulullah. Mentaati Allah dan RasulNya adalah inti ibadah kepada Allah.

KEDUA
Membangun hubungan, komunikasi dan kerjasama dengan saudara seiman mestilah berlandaskan  iman kepada Allah dan di atas cinta kerana Allah swt dan bukan untuk mendapatkan kepentingan duniawi, melainkan mendapatkan ridha dan cinta Allah.

Inilah hubungan yang lurus dan abadi dan ia akan berkekalan sampai ke akhirat nanti sebagaimana firman Allah swt :
“Orang-orang yang bersahabat dekat (di dunia) pada hari itu (Qiamat) sebahagian mereka akan menjadi musuh bagi sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS Az-Zukhruf :  67)

KETIGA

Kita mesti membenci kekufuran walauapapun bentuknya samada :
  1. ‘Kufur i’tiqadi’ (kufur keyakinan dan keimanan).
  2. ‘Kufur tasyri’i’ (kufur sistem dan perundangan).
  3. ‘Kufur ta’abbudi’ (kufur dalam bentuk ibadah).
  4. ‘Kufur akhlaqi wa taqlidi’ (kufur dalam moral dan tradisi).
Masalah kebencian ini adalah urusan hati. Jika hati belum membenci kekufuran-kekufuran tersebut, sudah pasti hati kita belum dapat merasakan kelazatan dan kemanisan iman kerana antara kufur dan iman adalah dua perkara yang berbeza dan bertentangan.

Tidak mungkin hati kita boleh menerima atau mencintai keduanya. Hati kita akan memilih salah satu di antara keduanya.
Orang yang sudah merasakan kelazatan dan kemanisan iman, pasti dalam waktu yang bersamaan ia akan membenci kekufuran.

Ya Allah, peliharalah iman kami yang sudah tertanam di dalam jiwa kami sejak kelahiran kami dahulu. Kurniakanlah kepada kami kesempatan untuk merasakan manisnya iman dalam kehidupan ini sebelum kami dipanggil pulang untuk menghadapMu pada hari pembalasan nanti dan himpunkanlah kami di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama RasulMu saw, para shiddiqin, syuhada’ dan solehin.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wan Ahmad Sanadi Wan Ali
Pengerusi JK Dakwah IKRAM Shah Alam

"UKHUWAH TERAS KEGEMILANGAN"
"IKRAM WADAH PERJUANGAN"

No comments:

Post a Comment